Museum Prangko Indonesia

Selasa, 15 Februari 2011


prangko_museum.jpg
MUSEUM PRANGKO INDONESIA

Selamat Datang di
MUSEUM PRANGKO INDONESIA
Asyiknya menikmati prangko identik mengenal peradaban manusia itu sendiri. Begitu panjang sejarahnya sehingga sungguh rugi bila kita tidak mengenal seluk-beluk tentang prangko.
Ketika prangko belum ada, biaya pengiriman surat ditanggung oleh si penerima. Kemudian cara ini dihentikan karena orang yang dikirimi surat menolak untuk membayar. Dari situlah muncullah Prangko Pertama yang bernama ‘The Penny Black’, bergambar wajah Ratu Victoria. Prangko ini dibuat oleh seorang pekerja Dinas Perpajakan Inggris bernama Sir Rowland Hill, yang terbit perdana pada tahun 1840 di Inggris.

prangko_black_penny.jpg
THE PENNY BLACK
Foto prangko ‘The Penny Black’ ini dapat dijumpai di Museum Prangko Indonesia bersama dengan beribu koleksi prangko lainnya serta diorama yang menceritakan tentang aktivitas perjalanan penerbitan dan pencetakan prangko.
Museum yang diresmikan pada tanggal 29 September 1983 merupakan gagasan Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara). Dibangun sebagai sarana edukasi yang mampu merefleksikan sejarah bangsa dan keelokan budaya Indonesia.
Terletak di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, berdiri di atas tanah seluas 9.500 meter persegi. Bangunan museum ini diapit oleh dua bangunan pendukung. Bangunan pada satu sisi berfungsi sebagai tempat penerimaan dan peristirahatan, bangunan pada sisi lain berfungsi sebagai kantor pos.
Pada pelataran dalam terdapat tugu berbentuk bola dunia dengan seekor burung merpati yang bertengger di atasnya dengan membaca sepucuk surat yang melambangkan visi dan misi PT Pos Indonesia.
Memasuki gedung Museum Prangko Indonesia, di tengah-tengah ruangan pameran terdapat bangunan berbentuk segi delapan. Di atas bangunan tersebut terdapat ROSET mengambil bentuk dasar matahari dengan cahayanya menyinari ke delapan arah.
Sebuah patung Hanoman diletakkan di tengah-tengah bangunan pendopo. Dalam pewayangan, Hanoman sebagai Dhuta Dharma pembawa berita yang misinya sama dengan Pos Indonesia.

prangko_design.jpg
RUANG PENYAJIAN II
Ruang Penyajian I. Sejarah Prangko Indonesia
Ruang ini menyajikan sekilas hal-hal yang terkait dengan budaya menulis surat, sejarah prangko di Indonesia dan internasional. Dalam ruangan ini disajikan materi sebagai berikut:
  1. Foto-foto yang menggambarkan bahan dan alat yang dipergunakan untuk menulis pada daun lontar, serta patung seorang laki-laki yang sedang menulis pada daun lontar.
  2. Hal-hal penting yang terjadi antara tahun 1602-1864, yang disajikan berupa (a) Foto Sir Rowland Hill, pencetus gagasan pemakaian prangko; (b) Foto prangko pertama di dunia ‘The Penny Black’ terbit di Inggris tahun 1840; (c) Foto Kantor Pos Batavia, yakni kantor pos pertama di tanah air tahun 1746; (d) Foto prangko pertama di Belanda bergambar Raja Willem III, terbit tahun 1852; (e) Foto prangko pertama di Hindia Belanda bergambar Raja Willem III; (f) Miniatur kapal perang VOC, kuda pos, kereta pos, dan pedati pos.
  3. Slide-slide cara pelunasan biaya pengiriman surat dari zaman VOC sampai diterbitkannya prangko pertama Hindia Belanda tahun 1864.
  4. Foto lukisan pembuatan Jalan Pos tahun 1808 dari Anyer-Panarukan sepanjang 1.000 km.
  5. Beberapa koleksi sampul surat ‘Tempo Doeloe’.

prangko_kuda_pos.jpg
KUDA POS
Ruang Penyajian II. Proses Pencetakan Prangko
Menampilkan proses percetakan prangko di Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 1945, dirancang dengan gambar dan warna masih sederhana dan dicetak menggunakan kertas merang.
Ruang Penyajian III. Prangko Berdasarkan Periode Penerbitan (I)
Menyajikan beragam prangko yang telah digunakan di Indonesia sejak tahun 1864 sampai saat ini dalam beberapa periode penerbitan, yaitu (1) Masa pemerintahan Hindia Belanda; (2) Masa pendudukan Jepang; (3) Masa perang kemerdekaan, dan (4) Masa setelah perang kemerdekaan.
Ruang Penyajian IV. Prangko Berdasarkan Periode Penerbitan (II)
Menampilkan keindahan koleksi prangko periode 1950 sampai saat ini, seperti seri Konferensi Asia Afrika, seri Dekrit Presiden, seri Satelit Palapa, dan lain-lain.
Ruang Penyajian V. Koleksi Prangko Tematik (I)
Dalam ruang penyajian ini terdapat koleksi prangko dengan tema menarik menampilkan masalah sosial budaya, pariwisata, flora, fauna, lingkungan hidup, dan kemanusiaan.
Ruang Penyajian VI. Koleksi Prangko Tematik (II)
Dalam ruang penyajian ini terdapat diorama yang menggambarkan kegiatan pramuka di alam bebas. Disajikan pula beberapa koleksi prangko dengan tema: Olahraga dan Kepramukaan. Beberapa slide bergambar Ibu Tien Soeharto dalam pakaian pramuka ketika menandatangani Sampul Hari Pertama prangko Jambore Internasional ke-4 di Cibubur, Juni 1981.
Ruang Penyajian VII. Filateli
Menampilkan diorama kegiatan filateli. Kegiatan filateli ini merupakan salah satu kegiatan positif yang bersifat universal dan memiliki manfaat seperti:
  1. Menanamkan sikap positif berupa ketekunan, kecermatan, ketelitian, kreativitas, dan disiplin.
  2. Kegiatan tukar-menukar prangko membangun sikap kejujuran, saling pengertian, dan tangung jawab yang baik.
  3. Menjalin persaudaraan, persahabatan, sekaligus untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing.
  4. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan karena dapat mempelajari berbagai aspek dari prangko yang diketahuinya.
  5. Memberikan ketenangan jiwa di tengah kesibukan aktivitas keseharian.
  6. Sebagai kegiatan edukatif dan positif untuk mengisi waktu luang.
  7. Sebagai media pembelajaran dalam dunia pendidikan formal di sekolah-sekolah.

prangko_cendrawasih.jpg
PRANGKO FAUNA
Salah seorang negarawan besar, mantan Presiden Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt, mengucapkan, ‘Stamp collecting makes for better citizens. I owe my life to my hobbies, especially stamp collecting.’ Demikianlah yang dialami dalam kesehariannya, setiap habis bekerja berat beliau tidak langsung beristirahat akan tetapi beliau memiliki kebiasaan untuk melihat koleksi prangkonya. Dengan menikmati prangko, beliau mampu melenyapkan kejenuhan dan ketegangan dalam menghadapi tugas kesehariannya sebagai seorang Kepala Negara.
Serunya beragam cerita yang ditampilkan dalam sebuah prangko di Museum Prangko Indonesia ini, rasanya tak lengkap bila kita tak menyimak sebuah kisah tentang Surat Daun Lontar. Kisahnya dimulai ketika Semar kabur karena akan dijadikan tumbal, kemudian ia bertapa untuk memperoleh kesaktian. Mengapa ia dijadikan tumbal dan bagaimana kisah akhirnya, selengkapnya dapat kita nikmati namun bukanlah pada sebuah prangko, tetapi pada sebuah lukisan indah yang terpampang di salah satu dinding Museum Prangko Indonesia. Selamat menikmati keragaman koleksi prangko dan keindahan Museum Prangko Indonesia!
Sumber: Brosur ‘Khazanah Museum Prangko Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah’ (Pos Indonesia)

Alamat:
Museum Prangko Indonesia
Taman Mini Indonesia Indah
Jakarta 13560
Telp. 021-707 321 44, 840 9286
Fax. 021-840 1310 
Jam Kunjungan:
Selasa-Sabtu 08.00-16.00
Minggu-Hari Libur Nasional 08.00-17.00
Senin Libur
Tiket:
Tiket Taman Mini Indonesia Indah Rp 9.000,00
Tiket Museum Prangko Indonesia Rp 2.000,00
Tanggal 20 April, ultah TMII, biasanya masuk TMII gratis

0 komentar: